Pengagum rahasiamu
Bukan hal yang mudah menjadi perempuan, mengedepankan rasa malu dan rasa menunggu. Beda sama laki laki yang bisa berbuat lebih bebas. Ini kisah tentang temanku yang menyukai seseorang dan akhirnya orang yang dia sukai menikahi orang lain. Dia berprinsip kalau sebagai perempuan tabu untuk mengungkapkan rasanya pada laki laki. Jadi hal yang paling dia lakukan adalah menunggu dan menunggu. Dia ikuti perkembangan orang yang dia sukai menikah walau itu seperti menancapkan duri ke dalam hatinya. Temanku ini pandai menyembunyikan rasanya. Dia gak bercerita kesiapapun tentang rasanya. Sekalipun sama tembok rumahnya. Akhirnya dia gak kuat dan bercerita padaku. Ini lompat lompat ya alurnya. Aku ceritakan dari awal pertemuannya ya.
Mereka bertetanggaan jari setiap hari jumpa. Mereka teman kecil, teman main kelereng dan mandi sungai. Dia mengenali laki laki itu dari dulu. Tentang kebiasaannya, tentang apa yang laki laki itu suka. Mereka selalu bersama. Dan bersama. Sampai akhirnya, laki laki itu mengenalkan perempuan yang dia sebut pacar ke temanku ini. Hatinya hancur, tapi dia menghibur dirinya sendiri kalau pacar bisa putus. Dia masih setia menunggu. Dia melihat laki laki yang dia sukai itu mengapeli perempuannya dan membawakan perempuan itu seikat bunga. Pada suatu hari, laki laki itu bertanya pada temanku kado apa yang bagus buat perempuannya. Dan temanku menemani laki laki itu membelikan kado buat perempuannya. Laki laki itu sangaat berterima kasih pada temanku karena perempuannya sangat menyukai kado yang dia pilih. Hari pun berganti mereka semakin dekat. Daan akhirnya laki laki itu bertunangan. Dia tetap bungkam kalau dia sayang dengan laki laki itu. Temanku ini pun menghadiri tunangan yang meriah itu. Tanggal pernikahan pun akhirnya direncanakan. Beberapa bulan lagi. Temanku ini diminta untuk membantu mengurus pernikahan yang beberapa bulan lagi akan digelar itu. Hatinya sedih, tapi dia berusaha tegar. Dia tetap menjadi teman yang baik buat temannya. Tapi menjelang beberapa hari sebelum pernikahan temannya itu dia gelisah. Dia bakalan kehilangan temannya yang sangat dia sayangi. Akhirnya dia mengajakku bertemu dan menceritakan semuanya. Tapi dia gak mau membuat temannya itu sedih. Dia lebih sedih kalau temannya itu sedih dan akhirnya keputusan terbesar dia adalah membiarkan teman yang sangat dia sayangi bersanding dengan orang lain. Bukan dia bodoh, tapi dia sadar dia gak mau menghancurkan rencana besar temannya itu. Dia gak sejahat itu. Dia lebih memilih teman dia berbahagia walau itu berat buat dia. Dia tetap menjadi teman yag baik. Pernikahan pun digelar. Ijab kabulnya berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Temanku matanya berkaca kaca dan membatin garis tanganku menakdirkan aku dengan laki laki itu hanya sebagai teman baik. Bukan sebagai pendamping hidup. Dia rela temannya itu berbahagia walau tidak dengan dia. Sampai detik ini pernikahan temannya bahagia dan melahirkan anak anak yang lucu lucu. Dan temanku ini masih sendiri sampai detik ini.
Aku kagum dengan temanku, dia gak egois. Dan gak berusaha merebut dengan cara yang licik. Tapi dia tetap menjadi teman yang baik walau hatinya terluka. Tetap tersenyum dan menerima. Walau aku melihatnya sedih sampai detik ini masih sendiri, tapi dia menikmati hidupnya. Menjalani hari harinya. Membantu istri temannya kalau menemui kesulitan. Dia membantunya dengan senang hati.
Komentar
Posting Komentar