Teh manis

Aku pernah membantah bahwa tak ada yang tak mungkin demi cinta. Aku menganggap hal ini sangat mustahil. Tapi aku salah, ternyata ada. Ada banget malah. Aku di ajak makan ke suatu tempat, dari sinilah bermula. Dia menawarkan aku makan, aku menolak. Aku cuma pesan minum, teh manis dingin. Dia bertanya beberapa hal. Menurut dia penting dia tanya. Dari tentang laki laki itu, apakah laki laki itu sendiri atau dekat dengan wanita lain, laki laki itu memiliki hubungan khusus denganku. Banyak pertanyaan yang dia lontarkan ke aku. Tangguh juga dia, sambil makan, sambil bertanya. Aku nelan ludah bukan karena aku ingin makan, tapi di sela sela dia menyuapka nasi, dia memandang aku dengan wajah penuh tanda tanya. Rasa ingin tau yang amat besar mengalahkan etika dalam makan. Kalau makan gak boleh ngobrol itu yang jelas dia langgar. Dengan mulut penuh nasi dia bertanya ini itu. Euuy...tiba tiba aku malas dengan wanita ini. Cantik sih. Kok kelakuannya memalukan.

Aku menyadari ada yang beda dari segi sesi "wawancara dadakan" ini. Ini bukan wawancara biasa. Ini wawancara pribadi empat mata. Aku sampai saat ini gak ngerti, kenapa dia begitu denganku. Apa mungkin dia saat itu punya rasa khusus dengan laki laki itu. Aku gak tau. Cuma Tuhan dan dia yang tau maksudnya apa.

Ada lagi sih, pada saat aku duduk dengan laki laki itu, dengan sahabatku juga, dia nimbrung, dia bertanya padaku apa aku bisa memijat. Kalau gak salah, aku lagi dengan sahabatku, saling pandang pandangan melihat kelakuan dia yang tiba tiba SKSD. Aku mengatakan gak bisa. Padahal aku tukang pijatnya Mamaku. Hehehe...gak penting juga dia nimbrung. Eh malah dia bertanya ini itu. Padahal aku dengan laki laki itu bercerita seperti biasa. Udah makan belum, gimana hari ini. Bla bla paling itu. Lah itu napa dia nimbrung. Hahaha lucu sih. Itu sebagian yang aku ingat. Banyak yang gak aku ingat lagi.

Dari situ aku menyadari, ada persaingan yang tak kasat mata, yang sedang terjadi. Ada yang berusaha mendekati laki laki itu, dengan cara dia. Aku merasa gak bersaing saat itu, tapi aku risih bagaimana dia memperlakukan aku sebagai wanita yang katanya saat itu dekat dengan pria itu. Asal dia tau, sampai detik ini kami hanya berteman. Hanya berteman. Aku "kebal" bagaimana menyingkirkan "duri duri" yang tiba tiba mengganggu. Mereka menganggap akulah yang memberatkan langkah mereka. Mereka salah. Karena aku bukanlah siapa siapa dari laki laki itu, hingga kini.

Komentar

Postingan Populer